Minggu, 22 November 2009

namru

NAMA : Elva Nopia Aldini
NIM : 207 202 089
JURUSAN : Pend. Biologi/A/V
MATA KULIAH : Mikrobiologi
NAMRU 2
Kontroversi keberadaan Naval Medical Research Unit 2 (Namru-2) di Indonesia rampung sudah. Tercatat sejak 16 Oktober 2009, Namru-2 sudah tidak beroperasi lagi."Surat resmi penghentian kerjasama dengan Namru resmi dilayangkan dubes AS di Indonesia tanggal 16 Oktober kemarin.
Siti Fadilah mengatakan dirinya keberadaan Namru-2 mengganggu kedaulatan Indonesia. Sebab, pusat penelitian itu meneliti virus yang dilakukan Angkatan Laut AS.
Keberadaan Namru-2 sempat menjadi kontroversi. Namru-2 pertama kali berada di Indonesia pada tahun 1970 untuk meneliti virus-virus penyakit menular bagi kepentingan Angkatan Laut AS dan Departemen Pertahanan AS. Kontrak Namru-2, unit riset virus milik Angkatan Laut AS, dengan RI sudah habis sejak Januari 2000. Namun pada praktiknya masih berlangsung kegiatan penelitian hingga 2005. Kemudian Menkes Siti Fadilah Supari langsung menghentikannya. Dia melarang seluruh rumah sakit mengirimkan sampel ke Namru-2 untuk diteliti. Banyak pihak mencurigai keberadaan Namru menjadi sarana kegiatan intelijen AS dengan berkedok riset.
Namru2 berlokasi di dalam lingkungan DepKes. Jadi, bukan berlokasi terpencil jauh dari kesunyian, penuh kerahasiaan, eksklusif dan sebagainya. Pada prinsipnya, Namru2 di bawah kedutaan Amerika, sehingga mengikuti aturan di Kedutaan (tidak boleh memotret apalagi mengambil film di dalam/sekitar gedung).
Mayoritas staf di namru 2 adalah orang Indonesia, WNI, yang nasionalitasnya tidak perlu diragukan lagi. Tak jarang pula dijumpai siswa dari dalam negeri yang sedang melakukan penelitian di Namru2. Keuntungan terbesar bagi para siswa tersebut melakukan penelitian di Namru2 berkesempatan untuk melakukan penelitian biologi molekular yang berkualitas tanpa kuatir masalah biaya. Bahkan ada pendampingan dari staf terlatih bagi mereka. pada prinsipnya, penelitian yang dilakukan di Namru2 harus sudah disetujui komite etik di institusi asalnya, komite etik Namru dan bahkan litbangkes.
Siti Fadillah Supari yang dikenal kritis terhadap keberadaan Namru-2 menyebut Endang sebagai salah satu pihak yang memiliki hubungan erat dengan Namru-2. Endang juga yang membawa virus flu burung strain Indonesia H5N1 tanpa seizin Siti Fadillah ke Amerika Serikat untuk selanjutnya dikomersialisasi oleh sejumlah perusahaan farmasi raksasa. Hal inilah yang pernah menjadi pangkal sengketa antara Siti Fadillah tidak hanya dengan pemerintah Amerika Serikat juga dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun lalu.
Dalam buku "Komisi I: Senjata, Satelit, Diplomasi" yang terbit bulan lalu disebutkan bahwa sebelum singgah di Indonesia, Namru-2 atau Navy Medical Research Unit Two sudah menjejakkan kaki di tiga negara lain.
Awalnya Namru-2 didirikan Angkatan Laut AS bekerjasama dengan Rockefeller Institute di Guam, salah satu pangkalan militer Amerika Serikat di Pasifik selama Perang Dunia Kedua. Tahun 1955, Komando Namru-2 dipindahkan ke Taipei, Taiwan, yang ketika itu masih berada di bawah perlindungan politik Amerika Serikat.
Menyusul kejatuhan Soekarno, di tahun 1968, pihak Amerika Serikat mulai membicarakan rencana mendirikan semacam laboratorium cabang setingkat detasemen untuk Namru-2 di Jakarta. Detasemen ini dimaksudkan untuk mempermudah penelitian mengenai penyebaran virus penyakit di kawasan Asia Tenggara. Dua tahun kemudian laboratorium cabang itu pun resmi berdiri di Jakarta sementara di tahun 1979, pemerintah AS memindahkan laboratorium pusat Namru-2 ke Manila, Filipina.
Selanjutnya, di tahun 1990, setelah serangkaian pembicaraan negosiasi antara Angkatan Laut AS dan Departemen Luar Negeri AS di satu pihak dengan Departemen Kesehatan Indonesia di pihak lain, laboratorium Komando Namru-2 resmi dipindahkan ke Jakarta untuk mendukung kepentingan riset kesehatan AS dan menjadi salah satu mesin diplomatik AS di kawasan Asia Pasifik. Namru-2 secara terus menerus memberikan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penyebaran virus dan wabah penyakit.
Laboratorium ini juga meneliti penyebaran wabah penyakit pasca gempa hebat dan tsunami di utara Pulau Sumatera, Desember 2004, dan pasca gempa bumi di Jogjakarta, Mei 2005. Saat ini Namru-2 telah mengembangkan aktivitas penelitian dan laboratorium di beberapa negara lain di Asia Tenggara, seperti Laos, Singapura, Thailand, dan Kamboja.
Polemik mengenai keberadaan Namru-2 di Indonesia mulai marak akhir 2007. Laboratorium ini diduga mengambil keuntungan untuk AS, dan sebaliknya merugikan Indonesia, dalam bidang kesehatan maupun intelijen, militer dan pertahanan.
Ternyata NAMRU sudah 40 tahun bercokol di wilayah NKRI. Berita tentang NAMRU baru memiliki magnitude besar ketika Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mencak-mencak, baru-baru ini. Pasalnya, dia sempat diharuskan menunggu sekitar 10 menit sebelum diizinkan masuk; ketika mengunjungi laboratorium milik lembaga itu secara mendadak. “Laboratorium NAMRU berada di komplek Balitbang Departemen Kesehatan di Jalan Percetakan Negara, Rawasari, Jakarta Pusat.
NAMRU 2 adalah singkatan dari The US Naval Medical Reseach Unit Two. Dari namanya saja sudah tercium aroma militer Lembaga riset ini beroperasi di Indonesia sejak tahun 1968. Awalnya, Indonesia yang meminta mereka datang untuk meneliti wabah sampar di Jawa Tengah. Ternyata manjur. Berkat rekomendasi NAMRU, wabah sampar yang merajalela berhasil dijinakkan.
Dua tahun kemudian, terjadi wabah malaria di Papua. NAMRU kembali diminta bantuannya. Bahkan kali ini kehadiran mereka diikat dalam sebuah MOU, ditanda tangani oleh Menteri Kesehatan GA Siwabessy dan Duta Besar AS, Francis Galbraith.
MOU itulah yang menjadi landasan hukum laboratorium di bawah kendali Angkatan Laut AS itu terus bercokol di Indonesia. Dalam MOU itu dijelaskan, tujuan kerjasama adalah untuk pencegahan, pengawasan dan diagnosis berbagai penyakit menular di Indenesia. Memang ada klausul dalam MOU itu, setiap 10 tahun kerjasama tersebut dapat ditinjau kembali.
Antara tahun 1980 dan 1985 pemerintah berusaha merevisi perjanjian dengan NAMRU. Namun selagi para pejabat kita memutar otak untuk membuat regulasi yang membatasi ruang gerak lembaga ini di Indonesia, NAMRU malah mendirikan laboratorium di Jayapura. Alasannya, untuk meneliti malaria di sana; padahal pada masa itu malaria bukan lagi masalah siginifikan di Irian Jaya.
Kemudian pada tahun 1991, AS menaikkan status NAMRU yang tadinya setingkat detasemen menjadi tingkat komando. Pada saat bersamaan status NAMRU di Filipina diturunkan, dan bahkan akhirnya ditutup pada 1994. NAMRU di Jakarta kemudian diberikan kedok sebagai lembaga riset kemanusiaan, dengan meminjam tangan WHO yang menetapkan NAMRU sebagai pusat kolaborasi untuk berbagai penyakit di Asia Tenggara.
Pada tahun 1998, Menteri Pertahanan/Panglima TNI, Wiranto mendesak pemerintah, agar kerjasama dengan NAMRU dihentikan. Wiranto menjelaskan di dalam rapat kabinet, kehadiran 23 peneliti lembaga AS itu—yang nota bene mendapat fasilitas kekebalan diplomatik, sangat tidak menguntungkan bagi kepentingan pertahanan dan keamanan Inonesia.
Kemudian pada 1999, Menteri Luar Negeri Ali Alatas menyurati Presiden BJ Habibie. Dijelaskannya, keberadaan NAMRU sangat berkaitan erat dengan Protokol Verifikasi Konvensi Senjata Biologi. Protokol itu akan membebani Indonesia, khususnya dalam hal deklarasi dan investigasi karena area investigasi yang ditetapkan harus seluas 500 kilometer persegi; sedangkan NAMRU ada di tengah kota Jakarta.
Barulah setelah Menkes menggebrak, keberadaan NAMRU terungkap ke masyarakat luas. Selain melakukan kunjungan mendadak ke laboratorium itu, Menkes juga mengeluarkan kebijakan melarang semua rumah sakit di Indonesia mengirimkan sampel ke NAMRU.
Gebrakan yang dilakukan Menkes ternyata segera menular. Forum Pembela Tanah Air menggelar unjuk rasa di DPR, kantor Menkes dan Departemen Luar Negeri. Mereka mendesak agar NAMRU lebih transparan agar tidak muncul dugaan-dugaan yang tidak benar. Inilah pertama kalinya selama 40 tahun masyarakat Indonesia bereaksi terhadap kehadiran NAMRU..
“Menkes mengakui, dalam pencegahan wabah flu burung pada tahun 2005 NAMRU yang mempekerjakan 60 peneliti dan staf, cukup berperan. Namun dari seluruh pernyataannya, tersirat betapa gemasnya Menkes karena kekuasaannya sebagai menteri ternyata tidak mempan untuk mengontrol lembaga riset itu. NAMRU memang tak tersentuh.

Daftar Pustaka
http://www.detiknews.com/read/2009/10/22/010526/1226054/10/sejarah-namru-2-berakhir-16-oktober-2009
www.ayomerdeka.wordpress.com
http://afie.staff.uns.ac.id/2009/08/09/berkunjung-ke-namru2-jakarta-pusat/
http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2009/10/22/82894/Misteri-Ibu-Endang-dan-Namru-2

Sabtu, 14 November 2009

uji biuret

Uji Biuret
No. Zat Uji Hasil Uji Biuret Polipetida (+/-)
1 Albumin 2 % Berwarna Ungu +
2 Gelatin 2% Berwarna Violet +
3 Kasein 0.5% Berwarna Ungu +
4 Glisin 2% Berwarna Biru -
Polipeptida mempuyai perbedaan dengan protein. Polipeptida mempunyai residu asam amino ≤ 100 dan dan bobot mulekul ≤ 6.000. Sedangkan, pada protein residu asam amnionya ≥ 100 dan bobot mulekulnya ≥ 6.000. Pada praktikum ini, zat uji Glisin menunjukkan hasil negatif dengan indikasi terbentuknya warna biru adalah karena tidak adanya ikatan peptida. Glisin adalah salah satu asam amino esenial dengan rumus bangun NH2—CH2CO2H. Sedangkan pada Albumin, Gelatin dan Kasein rumus bangunya lebih kompleks dan mengikat dua atau lebih asam amino esensial , sehingga terbentuk ikatan peptida.
Berikut gambaran proses pembantukan ikatan peptida :








Jadi, ikatan peptida hanya terbentuk apabila ada dua atau lebih asam amino esensial yang bereaksi.

Uji Biuret. Sebanyak 3 mL larutan protein ditambah 1 mL NaOH 10% dan dikocok. Ditambahkan 1-3 tetes larutan CuSO4 0.1%. Diamati timbulnya warna.
Pada pengendapan protein oleh logam, oleh garam, oleh alkohol, uji koagulasi dan denaturasi protein. Kedalam 3 ml albumin ditambahkan 5 tetes larutan HgCl2 2%, percobaan diulangi dengan larutan Pb-asetat 5%, dan AgNO3 5%. Sepuluh ml larutan protein dijenuhkan dengan amonium sulfat yang ditambahkan sedikit demi sedikit, kemudian diaduk hingga mencapai titik jenuh dan disaring. Lalu diuji kelarutannnya dengan ditambahkan air, untuk endapan diuji dengan pereaksi Millon dan filtrat dengan pereaksi biuret. Ditambahkan 2 tetes asam asetat 1 M ke dalam tabung yang berisi 5 ml larutan protein, kemudian tabung tersebut diletakkan dalam air mendidih selama 5 menit. Lalu diambil endapan dengan batang pengaduk, untuk endapan diuji kelarutannya dengan air , sementara endapan dengan pereaksi Millon. Disiapkan 3 tabung reaksi, tabung pertama diisi campuran sebagai berikut ; 5 ml larutan albumin, 1 ml HCl 0,1 M dan 6 ml etanol 95%. Ke dalam tabung kedua dimasukkan5 ml larutan albumin, 1 ml NaOH 0,1 M dan 6 ml etanol 95%. Ke dalam tabung ketiga 5 ml larutan albumin, 1 ml buffer asetat ph 4,7 dan 6 ml etanol 95%.
Pada percobaan denaturasi protein siapkan 3 tabung reaksi, tabung reaksi pertama diisi 9 ml larutan albumin dan 1ml HCl 0,1 M, tabung reaksi kedua 9 ml larutan albumin dan 1 ml NaOH 0,1 M dan kedalam tabung reaksi ketiga ditambahkan hanya 1 ml buffer asetat pH 4,7.
Pada uji biuret, semua protein yang diujikan memberikan hasil positif. Biuret bereaksi dengan membentuk senyawa kompleks Cu dengan gugus -CO dan -NH pada asam amino dalam protein. Fenol tidak bereaksi dengan biuret karena tidak mempunyai gugus -CO dan -NH pada molekulnya.
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan AgNO3 dan Pb-asetat. Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein juga mengendap bila terdapat garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang tinggi dalam larutan protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Pada percobaan, endapan yang direaksikan dengan pereaksi millon memberikan warna merah muda, dan filtrat yang direaksikan dengan biuret berwarna biru muda. Hal ini berarti ada sebagian protein yang mengendap setelah ditambahkan garam.
http://www.rismaka.net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan-asam-amino.html
Pada Uji Biuret, Ion Cu2+ (yang dihasilkan dari CU2SO4) dari pereaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet.
Protein mengandung asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam nitrat (HNO3) pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya akan berubah menjadi lebih tua atau jingga. Rekasi ini didasarkan pada uji nitrasi inti benzena yang terdapat pada molekul protein menjadi senyawa intro yang berwarna kuning.
Mudah-mudahan membantu meski udah lama banget nih praktikum kek gini:P
Tambahan aja nih,
Dalam Uji Biuret biasanya dipakai bahan-bahan kayak Albumin, Glisin, Kasein dan Gelatin. Nah, kalo ditetesin Cu2+ yang gak berubah jadi UNGU adalah GLISIN (dia akan berwarna BIRU)
Polipeptida mempuyai perbedaan dengan protein. Polipeptida mempunyai residu asa dan mengikat dua atau lebih asam amino esensial , sehingga terbentuk ikatan peptida. m amino ≤ 100 dan dan bobot mulekul ≤ 6.000. Sedangkan, pada protein residu asam amnionya ≥ 100 dan bobot mulekulnya ≥ 6.000. Glisin adalah salah satu asam amino esenial dengan rumus bangun NH2—CH2CO2H. Sedangkan pada Albumin, Gelatin dan Kasein rumus bangunya lebih kompleks
Uji Xanthoproteat
Kalo yang dipake bahan-bahan kek fenilanalin, tirosin, albumin, riptofan Ada sebagian peptida dan protein yang mempunyai gugus asam amino berinti benzena. Seperti fenilanalina, tirosin, albumin, riptofan dan lain sebagainya. Hasil positif pada zat uji albumin dan triptofan mengindikasikan keduanya terdapat inti benzena, yaitu dengan indikasi terbentuknya lapisan jingga atau kuning jingga. Kalo pada kasein dan gelatin menghasilkan lapisan merah dan bening mengindikasikan negatif.
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=63769340
Biuret Test Untuk Protein
Kehadiran ikatan-ikatan peptida dideteksi dengan melakukan uji kimia bernama biuret test. . Dalam tes ini adalah pertama sampel dipanaskan dan kemudian Natrium Hidroksida dicampur ke dalamnya.
Tetes dari 1 persen tembaga (II) sulfat ditambahkan perlahan-lahan. Tembaga II dikurangi menjadi tembaga Aku di dalam tes positif.
Hal ini membantu untuk membentuk sebuah kompleks dengan nitrogen dan karbon dari ikatan-ikatan peptida dalam larutan basa. Suatu perubahan warna sampel pengujian akan memberikan suatu hasil positif atau negatif. Ketika sampel berubah menjadi ungu itu berarti bahwa sampel mengandung protein. Ikatan-ikatan peptida terjadi dengan frekuensi yang kurang lebih sama untuk sebagian besar protein per gram bahan. Jadi untuk menentukan konsentrasi reaksi biuret protein dapat digunakan. Jika konsentrasi adalah lebih, sampel akan berubah menjadi ungu yang lebih mendalam.
Banyak protein mengandung sulfur. Mereka kompleks dengan molekul yang terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Asam amino adalah hasil dari blok ini protein dan mereka terhubung oleh ikatan peptida. Ada banyak kesamaan antara asam amino dan molekul biuret dan keduanya bereaksi dengan cara yang sama. Reagen Biuret biru muda solusi, yang berubah menjadi ungu jika dicampur dengan larutan yang mengandung protein. Sebuah kompleks warna ungu terbentuk ketika ion tembaga dari Reagent Biuret bereaksi dengan ikatan peptida pada rantai polipeptida.
Karena protein dibuat dari asam amino, kehadiran ikatan-ikatan peptida selama uji Biuret protein akan selalu memberikan hasil positif untuk semua jenis makanan berbasis protein.
http://www.scumdoctor.com/Indonesian/nutrition/protein/Biuret-Test-For-Proteins.html

Kamis, 05 November 2009

belajar yang baik

belajarlah dengan sungguh-sungguh, kita jadikan diri kita bermanfaat untuk semua orang.

SEL

Sel (biologi)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.

Makhluk hidup (organisme) tersusun dari satu sel tunggal (uniselular), misalnya bakteri, Archaea, serta sejumlah fungi dan protozoa) atau dari banyak sel (multiselular). Pada organisme multiselular terjadi pembagian tugas terhadap sel-sel penyusunnya, yang menjadi dasar bagi hirarki hidup.

Struktur sel dan fungsi-fungsinya secara menakjubkan hampir serupa untuk semua organisme, namun jalur evolusi yang ditempuh oleh masing-masing golongan besar organisme (Regnum) juga memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota beradaptasi dengan kehidupan uniselular sedangkan sel-sel eukariota beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama dalam organisasi yang sangat rapi.

Sel selaput penyusun umbi bawang bombay (Allium cepa). Tampak dinding sel dan inti sel (berupa noktah di dalam setiap 'ruang'). Perbesaran 400 kali.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Sejarah penemuan sel

Pada awalnya sel digambarkan pada tahun 1665 oleh seorang ilmuwan Inggris Robert Hooke yang telah meneliti irisan tipis gabus melalui mikroskop yang dirancangnya sendiri. Kata sel berasal dari kata bahasa Latin cellula yang berarti rongga/ruangan.

Gambaran sel gabus berdasarkan penelitian Robert Hooke

[sunting] Struktur sel

Secara umum setiap sel memiliki

Sel tumbuhan dan sel bakteri memiliki lapisan di luar membran yang dikenal sebagai dinding sel. Dinding sel bersifat tidak elastis dan membatasi perubahan ukuran sel. Keberadaan dinding sel juga menyebabkan terbentuknya ruang antarsel, yang pada tumbuhan menjadi bagian penting dari transportasi hara dan mineral di dalam tubuh tumbuhan.

Sitoplasma dan inti sel bersama-sama disebut sebagai protoplasma. Sitoplasma berwujud cairan kental (sitosol) yang di dalamnya terdapat berbagai organel yang memiliki fungsi yang terorganisasi untuk mendukung kehidupan sel. Organel memiliki struktur terpisah dari sitosol dan merupakan "kompartementasi" di dalam sel, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi yang tidak mungkin berlangsung di sitosol. Sitoplasma juga didukung oleh jaringan kerangka yang mendukung bentuk sitoplasma sehingga tidak mudah berubah bentuk.

Organel-organel yang ditemukan pada sitoplasma adalah

[sunting] Perbedaan sel tumbuhan, sel hewan, dan sel bakteri

Sel tumbuhan, sel hewan, dan sel bakteri mempunyai beberapa perbedaan seperti berikut:

Sel tumbuhan Sel hewan Sel bakteri
Sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan. Sel hewan lebih kecil daripada sel tumbuhan. Sel bakteri sangat kecil.
Mempunyai bentuk yang tetap. Tidak mempunyai bentuk yang tetap. Mempunyai bentuk yang tetap.
Mempunyai dinding sel [cell wall] dari selulosa. Tidak mempunyai dinding sel [cell wall]. Mempunyai dinding sel [cell wall] dari lipoprotein.
Mempunyai plastida. Tidak mempunyai plastida. Tidak mempunyai plastida.
Mempunyai vakuola [vacuole] atau rongga sel yang besar. Tidak mempunyai vakuola [vacuole], walaupun terkadang sel beberapa hewan uniseluler memiliki vakuola (tapi tidak sebesar yang dimiliki tumbuhan). Yang biasa dimiliki hewan adalah vesikel atau [vesicle]. Tidak mempunyai vakuola.
Menyimpan tenaga dalam bentuk butiran (granul) pati. Menyimpan tenaga dalam bentuk butiran (granul) glikogen. -
Tidak Mempunyai sentrosom [centrosome]. Mempunyai sentrosom [centrosome]. Tidak Mempunyai sentrosom [centrosome].
Tidak memiliki lisosom [lysosome]. Memiliki lisosom [lysosome].
Nukleus lebih kecil daripada vakuola. Nukleus lebih besar daripada vesikel. Tidak memiliki nukleus dalam arti sebenarnya.

[sunting] Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan sel hewan dan tanaman

Secara umum, perbedaan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

Hewan Tumbuhan
Terdapat sentriol Tidak ada sentriol
Tidak ada pembentukan dinding sel Terdapat sitokinesis dan pembentukan dinding sel
Ada kutub animal dan vegetal Tidak ada perbedaan kutub embriogenik, yang ada semacam epigeal dan hipogeal
Jaringan sel hewan bergerak menjadi bentuk yang berbeda Jaringan sel tumbuhan tumbuh menjadi bentuk yang berbeda
Terdapat proses gastrulasi Terdapat proses histodifferensiasi
Tidak terdapat jaringan embrionik seumur hidup Meristem sebagai jaringan embrionik seumur hidup
Terdapat batasan pertumbuhan (ukuran tubuh) Tidak ada batasan pertumbuhan, kecuali kemampuan akar dalam hal menopang berat tubuh bagian atas
Apoptosis untuk perkembangan jaringan, melibatkan mitokondria dan caspase Tidak ada “Apoptosis”, yang ada lebih ke arah proteksi diri, tidak melibatkan mitokondria

[sunting] Pertumbuhan dan perkembangan sel

Pertumbuhan dan perkembangan umumnya terjadi pada organisme multiseluler yang hidup.

[sunting] Siklus sel

Siklus sel adalah proses duplikasi secara akurat untuk menghasilkan jumlah DNA kromosom yang cukup banyak dan mendukung segregasi untuk menghasilkan dua sel anakan yang identik secara genetik. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berulang (siklik)

Pertumbuhan dan perkembangan sel tidak lepas dari siklus kehidupan yang dialami sel untuk tetap bertahan hidup. Siklus ini mengatur pertumbuhan sel dengan meregulasi waktu pembelahan dan mengatur perkembangan sel dengan mengatur jumlah ekspresi atau translasi gen pada masing-masing sel yang menentukan diferensiasinya.

[sunting] Fase pada siklus sel

  1. Fase S (sintesis): Tahap terjadinya replikasi DNA
  2. Fase M (mitosis): Tahap terjadinya pembelahan sel (baik pembelahan biner atau pembentukan tunas)
  3. Fase G (gap): Tahap pertumbuhan bagi sel.
    1. Fase G0, sel yang baru saja mengalami pembelahan berada dalam keadaan diam atau sel tidak melakukan pertumbuhan maupun perkembangan. Kondisi ini sangat bergantung pada sinyal atau rangsangan baik dari luar atau dalam sel. Umum terjadi dan beberapa tidak melanjutkan pertumbuhan (dorman) dan mati.
    2. Fase G1, sel eukariot mendapatkan sinyal untuk tumbuh, antara sitokinesis dan sintesis.
    3. Fase G2, pertumbuhan sel eukariot antara sintesis dan mitosis.
Fase tersebut berlangsung dengan urutan S > G2 > M > G0 > G1 > kembali ke S. Dalam konteks Mitosis, fase G dan S disebut sebagai Interfase.

[sunting] Regenerasi dan diferensiasi sel

Regenerasi sel adalah proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian yang rusak.

Diferensiasi sel adalah proses pematangan suatu sel menjadi sel yang spesifik dan fungsional, terletak pada posisi tertentu di dalam jaringan, dan mendukung fisiologis hewan. Misalnya, sebuah stem cell mampu berdiferensiasi menjadi sel kulit.

Saat sebuah sel tunggal, yaitu sel yang telah dibuahi, mengalami pembelahan berulang kali dan menghasilkan pola akhir dengan keakuratan dan kompleksitas yang spektakuler, sel itu telah mengalami regenerasi dan diferensiasi.

[sunting] Empat proses esensial pengkonstruksian embrio

Regenerasi dan diferensiasi sel hewan ditentukan oleh genom. Genom yang identik terdapat pada setiap sel, namun mengekspresikan set gen yang berbeda, bergantung pada jumlah gen yang diekspresikan. Misalnya, pada sel retina mata, tentu gen penyandi karakteristik penangkap cahaya terdapat dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada ekspresi gen indera lainnya.

Pengekspresian gen itu sendiri mempengaruhi jumlah sel, jenis sel, interaksi sel, bahkan lokasi sel. Oleh karena itu, sel hewan memiliki 4 proses esensial pengkonstruksian embrio yang diatur oleh ekspresi gen, sebagai berikut:

Proliferasi sel
menghasilkan banyak sel dari satu sel
Spesialisasi sel
menciptakan sel dengan karakteristik berbeda pada posisi yang berbeda
Interaksi sel
mengkoordinasi perilaku sebuah sel dengan sel tetangganya
Pergerakan sel
menyusun sel untuk membentuk struktur jaringan dan organ

Pada embrio yang berkembang, keempat proses ini berlangsung bersamaan. Tidak ada badan pengatur khusus untuk proses ini. Setiap sel dari jutaan sel embrio harus membuat keputusannya masing-masing, menurut jumlah kopi instruksi genetik dan kondisi khusus masing-masing sel.

Sel tubuh, seperti otot, saraf, dsb. tetap mempertahankan karakteristik karena masih mengingat sinyal yang diberikan oleh nenek moyangnya saat awal perkembangan embrio.

[sunting] Sel-sel khusus

  • Sel Tidak Berinti, contohnya trombosit dan eritrosit (Sel darah merah). Di dalam sel darah merah, terdapat Haemoglobin sebagai pengganti nukleus (inti sel).
  • Sel Berinti Banyak, contohnya Paramecium sp dan sel otot
  • Sel hewan berklorofil, contohnya euglena sp. Euglena sp adalah hewan uniseluler berklorofil.
  • Sel pendukung, contohnya adalah sel xilem. Sel xilem akan mati dan meninggalkan dinding sel sebagai "tulang" dan saluran air. Kedua ini sangatlah membantu dalam proses transpirasi pada tumbuhan.

[sunting] Referensi

  • Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. 2002. Molecular Biology of The Cell. New York and London: Garland Science NCBI Books

[sunting] Pranala luar

Commons-logo.svg
Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai:
Wikibooks
Wikibooks memiliki informasi lebih banyak: